Tuesday, March 19, 2019

Anak Takut Diejek? Yuk, Main Game 'Yo Ancene'

Saya : "Di ruangan ini siapa yang sudah punya teman dekat?"

A : "Itu bu....Afan Bu.." Sahut siswa yang bertubuh gendut


Teman lainnya : "Cie.........."


B : "Ndak bu, saya ndak punya..."


A : "Halah...halah...lha sing wingi"


B : "Eeeendak lho buuuuu....!!!" (sedikit kesal)


   : "Lhe awakmu ojo fitnah...Ndut...ngomong opo...awas yo"


A : "Iyo..."


B : "Awas temen lho awas..." 


A :"Iyo...iyo"


Teman lainnya : "Cie...cie...."




Seringkali pertanyaan yang saya ajukan pada anak-anak
 direspon berbeda oleh 

tiap anak

Ada yang serius


Ada pula yang terlalu mendramatisir dan kadang mencari kambing hitam untuk dijadikan bahan candaan 


Untuk anak yang memiliki selera humor yang bagus, seringkali pertanyaan saya dijawab dengan nyeleneh bahkan kadang membuat seisi ruangan terpingkal-pingkal


Sementara anak yang kurang humoris, cenderung merespon dengan serius setiap respon yang diberikan terutama oleh teman-temannya


Kalau sudah begitu tak jarang dari mereka saling adu mulut, untuk mempertahankan argumennya


Kejadian seperti di atas masih saya temui di sekolah 

baik di jaman saya sekolah dulu sampai sekarang saya jadi guru

Saya dulu juga paling tidak suka jika jadi topik 'candaan' 

Muncul perasaan seperti tidak dihargai atau diremehkan
Bedanya, saya bukan tipe orang yang suka spontan dalam mengeluarkan uneg-uneg ketika diejek
Alhasil, saya menjadi seorang pemalu dan introvert

Sejak kejadian itu, saya lebih pilih-pilih dalam mencari teman

Saya lebih suka berteman dengan anak-anak yang pendiam dan tidak banyak bicara
Saya lebih suka berteman dengan anak-anak yang tidak cukup populer di kelas

Intinya, waktu itu saya takut lah kalau ditertawain


Nah, ketakutan berlebihan akan ditertawakan tanpa alasan yang jelas ini di kenal dengan istilah gelotophobia


Menurut Ruch, penderita gelotophobia sendiri memiliki ciri sebagai berikut:

  • Menarik diri dari lingkungan sosial karena takut ditertawakan
  • Penampilan 'sedingin es' / tidak humoris
  • Percaya diri yang rendah, keterampilan bersosialasi juga rendah
  • Sering mengalami pinocchio syndrome (tiba-tiba beku, kaku, ceroboh)
  • Kurang aktif, spontan, ceria
  • Tidak bisa menikmati humor secara rileks, tidak bisa tertawa lepas
  • Selalu khawatir akan terlihat konyol di mata orang lain
  • Menjadi marah ketika ditertawakan orang lain

Untungnya ketakutan saya waktu itu belum terlalu parah

Tepatnya pas masa kuliah, saya mulai bisa menikmati arti tawa seseorang terhadap diri saya
Ketika saya bersikap konyol tanpa sadar dan ditertawakan
Dan anehnya hal itu justru membuat saya merasa nyaman
Karena membuat kesan yang awalnya kaku menjadi cair

Seorang Gelotophobia tidak memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan antara  interaksi lucu seperti menggoda, dan bentuk yang lebih kejam seperti ejekan.


Artinya jika seseorang berusaha bersikap ramah dan menyenangkan, dia akan merasa khawatir dan salah mengartikan interaksi sebagai bahan ejekan.

                       
Berdasarkan penelitian Martin & Lefcourt 1983, menyatakan ada hubungan antara pemanfaatan humor dalam mengatasi peristiwa yang membuat stress (coping) dengan gelotophobia. 

Baca juga : Stress tapi masih bisa produktif, caranya?



"Children with a well developed sense of humour show greater self-confidence, are more popular, less lonely and find it easier to establish positive relations and friendship with their peers. Furthermore, the ability to use humour in various daily life situations appears to be a strong predictor for happiness and wellbeing." Führ (2002) 


Yang intinya kalau diterjemahkan kurang lebih, anak dengan kemampuan humor yang baik menunjukkan kepercayaan diri yang lebih besar, lebih populer, dan mampu menjalin hubungan yang positif dengan teman sebayanya. Kemampuannya menggunakan humor dalam berbagai situasi menjadi penentu kebahagiaan mereka.

Karenanya, sepertinya perlu menyarankan bahwa anak-anak yang mampu menertawakan dirinya sendiri dalam berbagai situasi mungkin kurang rentan menjadi subyek tawa orang lain.

Kejadian di kelas seperti mengejek, mengolok ini membuat saya teringat dengan salah satu game yang dipopulerkan oleh  Variety Show korea 'Running Man'

Nama permainannya adalah 'Yes, Of Course'

Tapi bagi saya rasanya akan lebih greget jika permainan ini di adopsi ke bahasa sehari-sehari kita


Karena kebetulan saya tinggal di daerah jawa, jawa timur tepatnya

maka permainan ini saya alih bahasakan ke bahasa jawa "Yo, ancene"

Aturan mainnya, 



  1. Penyerang harus membuat pertanyaan/pernyataan yang sulit kepada lawan
  2. Lawan harus menjawab "Yes, Of Course/ Yo, Ancene"
  3. Pada saat menjawab respon harus tetap lembut (tidak terlihat kesal)
  4. Jika lawan tidak bisa menjawab itu artinya dia kalah 
  5. Jangan lupa saling berjabat tangan jika permainan sudah berakhir (antara si kalah dan si menang) 


Berikut contoh permainannnya





Fungsi permainan ini :
  • Anak tidak merasa di intimidasi karena semua kebagian peran mengejek dan diejek
  • Anak belajar mengamati perasaan temannya ketika diejek (kuat dan tidak kuat)
  • Bagi teman yang tidak kuat anak belajar bahwa dia memiliki perasaan sensitif dan mereka harus lebih berhati-hati ketika bercanda dengan mereka
  • Anak lebih terbuka tentang perasaannya terhadap lawan bermainnya yang mungkin tidak bisa diungkapkan di luar permainan tanpa takut menyinggung perasaan lawan karena ini sebuah permainan
  • Anak berlatih untuk merespon tiap ejekan dengan 'Yo Ancene' dalam permainan yang mudah-mudahan juga bisa diterapkan dalam kesehariannya

Source :
Share:

1 comment:

  1. Halo Mbak Laila, bagus sekali ini artikelnya... Saya jadi baru belajar istilah Gelotophobia. Secara memang masih belajar mengajar anak, memang salah satu ketakutan adalah berkata salah kepada anak-anak. Sering saya melihat guru bermaksud bercanda juga kepada murid, tapi kadang memang melihatnya jadi was was apakah murid tersebut memang merasa tertawa juga atau bahkan tersinggung... Menarik sekali sampai bisa mengadaptasi Running man untuk permainan anak, patut banget saya coba untuk diterapkan. :D Memang ya tantangan mengadaptasi dari luar negeri dan diterjemahkan dalam bahasa ibu seperti bahasa Indonesia, atau bahasa Jawa

    ReplyDelete