Thursday, March 24, 2022

Tips untuk 'Dealing' dengan Bulldozer Parent

 

penjelasan gambar

Sebagai guru BK di sekolah menengah, saya yakin Anda juga akan menemukan banyak sekali tipe orang tua yang berbeda ketika akan melaporkan perkembangan putra-putrinya di sekolah. Pengalaman yang saya alami saya menemukan ada beberapa jenis orang tua:

Pertama, orang tua yang hanya muncul di acara-acara besar atau mungkin tidak sama sekali. Saya bahkan pernah menemui orang tua yang bahkan tidak peduli dengan surat panggilan dari sekolah yang akan melaporkan tentang perkembangan putra-putrinya di sekolah, sehingga mau tidak mau kami harus melakukan 'home visit' untuk melaporkannya.

Kedua, orang tua yang bingung. Orang tua ini tidak tahu harus mulai dari mana, apa yang harus dilakukan, atau bagaimana mengendalikan atau mengarahkan anak-anaknya. Kebanyakan pengambilan keputusan dilakukan oleh siswa sendiri. Orang tua seperti ini rata-rata tidak berkesempatan untuk mengenyam pendidikan secara tuntas.

Ketiga, orang tua model Bulldozer. Tidak hanya mengawasi anak, tetapi mereka berusaha untuk menghilangkan semua hambatan dan tantangan bagi anak. Menurut Rachel Sharman, Gaya pengasuhan Bulldozer, sebenarnya niatnya baik dan dimaksudkan untuk 'melindungi' anak dari bahaya jangka pendek. Tapi pada akhirnya menghasilkan anak yang rapuh secara psikologis, takut dan menghindari kegagalan. Saya bahkan menemukan orang tua yang tidak mau menerima cerita/laporan masalah versi sekolah. Mereka hanya mau mendengarkan cerita versi putra-putrinya sendiri. 

Untuk menghadapi orang tua jenis ke tiga ini, Bulldozer, ada beberapa tips versi pengalman yang saya ketahui di lapangan yang bisa dilakukan:

1. Teratur dan menyeluruh dalam memberikan informasi kepada orang tua.
Hal ini sebagai bentuk preventif bertujuan agar orang tua mengetahui kejadian yang sudah dilakukan oleh anaknya di sekolah.

2. Tertib administrasi sangat diperlukan.
Hal ini dimaksudkan untuk mencatat kejadian/ peristiwa atau  bahkan penanganan yang sudah dilakukan dalam rangka memantau perkembangan peserta didik yang bersangkutan.

3. Ikuti prosedur yang berlaku di sekolah. 
Kebanyakan buldoser parent akan menggunakan segala macam cara atau bahkan melibatkan pihak lain/ lembaga di luar sekolah untuk mengatasi permasalahan yang dialami putra-putrinya di sekolah. Karena sekolah punya aturan tersendiri maka, dalam hal ini sekolah bisa mengartikan bahwa orang tua tidak percaya lagi dengan pihak sekolah. Karena menyelesaikan urusan dalam negeri dengan bantuan pihak luar sekolah. Harusnya orang tua menghubungi pihak sekolah terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengunakan bantuan pihak luar dalam menyelesaikan masalah putra-putrinya.

4. Membuat keputusan berdasarkan aturan sekolah.
Ini adalah tahap final setelah semua poin-poin di atas sudah dilakukan. Bagaimanapun sekolah memiliki aturan sendiri walaupun orang tua mungkin kecewa atau bahkan sakit hati dengan hasil keputusan. Sekolah sudah benar membuat keputusan berdasarkan data dan melalui serangkaian prosedur yang sudah dilakukan. Bahkan jika mungkin orang tua tipe ini akan menarik ulur atau menunda-nunda memberi jawaban dari batas waktu yang sudah ditentukan. Pihak sekolah harus tegas dan tunduk pada aturan.


#100harimenulisguru2022
#akumenulisuntukdiridannegeri
  
Share:

0 comments:

Post a Comment